“ Bermimpilah setinggi langit jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara Bintang – Bintang” itulah ungkapan yang sering dikemukakan oleh Soekarno untuk dapat memompa semangat pemuda Indonesia. Kata – kata itu sesuai dengan apa yang telah dicapai oleh Annisa Pratiwi dengan membangun bisnis tepung bebas gluten. Karena dalam mencapai posisinya sekarang ini dia harus melalui usaha yang cukup keras dan cerdas dalam mengarungi jalan yang berliku.
Lantas apa sih yang dimaksud dengan tepung bebas gluten tersebut? Tepung ini tidak mengandung protein yang menyerupai ‘lem’ memberikan efek pengikat pada makanan. Dan setelah dimakan maka kinerja sistem pencernaan harus bekerja tiga kali lipat dalam membuang makanan. Sehingga ada orang yang alergi terhadap tepung yang mengandung gluten.
Melihat keadaan yang seperti itu Annisa melihat ada potensi untuk dapat membuat tepug yang bebas dari gluten. Kemudian dia mencari banyak refresni untuk dapat membuat tepung tersebut dari berbagai pihak agar mendapat racikan yang terbaik guna mengahsialkn tepung yang berkualitas tinggi. Langkah selanjutnya mencari bahan baku dari tepung yaitu singking. Sehingga dia dengan getol mencari singkong yang berkualitas guna menjadi bahan baku untuk dapat membuat tepung yang baik.
Setelah dia berhasil membuat tepung untuk pertama kalinya dia memberanikan diri untuk ikut pameran bisnis yang diadakan di Surabaya. Sewaktu mengikuti pameran tersebut tepung buatannya mendapat respon yang positif dari pengunjung, sehingga banyak yang memulai memesan tepung buatannya. Mendapat respon yang positif dari konsumen dia , kemudian menambah inovasi dari tepung buatannya agar konsumen tidak jenuh dengan rasa – rasa yang itu saja.
“Inovasi saya itu terdapat basil and garlic, coffee and ginger, serta green tea and cheese. ”Rasanya enak, namun tetap sehat, “ ujar Annisa. Inovasi ini sebagai kreativitas yang harus dipunyai dalam prodak bisnis guna merangsang konsumen untuk dapat menikmati tepung tersebut. Sedangkan untuk segmen pasar yang pada waktu sekarang ini banyak dari luar kota surabaya, misalnya dari kota Jakarta, Bali. Sedangkan permintaan dari luar negeri cukup banyak dari negara Kanada, Singapura, dan Hongkong.
Untuk setiap satu kilo tepung Lima Ladang dihargai Rp 22 ribu. Satu kaleng cookies dengan berat 125 gram seharga Rp 25 ribu dan noodle Rp 15 ribu per bungkus. Hal itu belum termasuk biayaya kirim yang dikenakan sendiri tergantung dari jarak tempatnya. Kini dalam satu hari dia dapat membuat 20 ton tepung.
Sedangkan untuk semakin melebarkan sayapnya dia juga turut aktif mengikuti kegiatan pameran bisnis di Makau (Tiongkok), Singapura, dan Korea Selatan. Hasilnya semakin menambah konsumen yang mengetahui prodaknya. Oleh sebab itu harapan dia kedepan untuk dapat membuat reseller sendiri di luar negeri guna mendekatkan pada konsumen yang berada di luar (jawapos.com).