Melihat perkemabangan arus globalisasi yang begitu kuat telah membuat sendi-sendi batas yang ada pada sebuah negara akan mudah di klaim oleh bangsa lain. Hal yang dirasakan oleh pangdam IV Diponegoro, Mayjen TNI Sunindyo yang memperjuangkan keroncong menjadi salah satu warisan budaya dunia di UNESCO. Sikap yang diberikan ini, menandakan masih ada orang Indonesia yang masih peduli dan mau menjaga kekayaan bangsa.
Seperti yang dikemukakan oleh Sunindyo dalam rembug keroncong (31/5) di wisma perdamaian, bahwa dengan banyaknya budaya asing yang terus tumbuh di Indonesia, akan memeberikan budaya lokal yang terhimpit. Oleh sebab itu perlu ada sebuah sikap dan tindakan untuk tetap menjaga dan melestarikan apa yang menjadi kekayaan bangsa ini. Salah satunya dengan musik keroncong yang asli khas Indoneisa.
Acara ini hanyalah bagaian dari gagasan yang telah diperjuangkan oleh Sunidyo selama ini. Karena pada waktu sebelumnya dia telah membuat acara pemecahan rekor 1000 keroncong yang dibawakan oleh 84 grup pada tahun 2013 silam. Ide ini adalah bentuk kecintaan terhadap musik keroncong yang telah dia gemari sejak duduk di bangku SMP.
Sedangkan menurut pengamat musik Indonesia yaitu Bens Leo menyatakan, musik keroncong di Indonesia masih belum dilirk oleh industri musik. Hal ini ditengarai kurang menjualnya musik ini dipasaran. Isu itu, di bantah oleh Bens, sebab keroncong itu dapat di arasemen dan bisa menjadi musik yang berkelas. Seperti yang di lakukan oleh Bodan Prakoso selama ini.
Ini menandakan kalau keroncong itu dapat menjual dan bisa diteriam di pasar, bila mampu mengembangkannya. Selain akan menjadikan musik ini terus lestari dan akan memberikan keuntungan penjagaan budaya asli bangsa di mata dunia. Karena kemampuan menjaga kebudayaan adalah salah satu dari menjaga identitas bangsa Indonesia.
Sumber: detik.com dan krjogja.com