Saat kita makan mie atau bakso di warung pinggir jalan, mungkin kita berpikir dan bertanya-tanya apakah makanan yang disajikan tersebut menggunakan zat pengawet, seperti formalin atau boraks, yang membahayakan kesehatan kita?
Namun, keraguan tersebut bisa ditepis dengan hasil penelitian mahasiswa Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yaitu Na’in Anggraeni, Lutfiyatul Fuadah, Wheny Anif, Rifqi Ramadani, dan Dewi Sundari dengan membuat paper test kit sederhana untuk analisis kadar boraks dalam makanan.
Na’in Anggraeni, sebagai ketua tim, mengungkapkan bahwa latar belakang penelitian ini adalah seringnya boraks digunakan sebagai pengawet makanan ini membuat para konsumen harus berhati-hati dalam memilih makanan yang sehat tanpa bahan pengawet berbahaya.
Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya boraks dalam kandungan makanan, perlu menggunakan uji nyala alkohol, yang pastinya membutuhkan alkohol. Namun, untuk menguji kandungan boraks dalam makanan ini dapat pula menggunakan indikator alami, yaitu kunyit yang dikenal dengan kandungan kurkuminnya.
“Kunyit yang merupakan bahan alami ini bisa digunakan untuk menguji kandungan boraks dalam makanan. Adanya kurkumin dalam kunyit membuat kunyit dapat digunakan sebagai kit yang dapat digunakan untuk menganalisis kandungan boraks secara sederhana. Oleh karena itu penelitian pembuatan paper test kit untuk analisis kadar boraks dalam makanan ini sangat diperlukan,” lanjutnya.
Dari pengujian yang telah dilakukan, kemampuan paper test kit sederhana ini adalah mendeteksi kandungan boraks pada makanan dengan kadar minimal 200 ppm. Semakin besar kadar ppm dari boraks maka semakin jelas warna coklat pada paper test kit.
Na’in mengharapkan pembuatan paper test kit sederhana ini dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan sikap kehati-hatiannya dalam memilih makanan yang dikonsumsi. Penggunaan paper test kit yang begitu mudah dapat membantu masyarakat melakukan pengujian di rumah tanpa harus pergi ke Laboratorium.
Alat ini digunakan dengan membuat ekstrak dari makanan yang akan diketahui kandungan boraksnya, misalnya pada bakso, dengan cara bakso ditumbuk dan ditambahkan sedikit air sehingga ekstraknya dapat diambil. Kemudian ekstrak tersebut diteteskan ke paper test kit. Apabila warnanya berubah menjadi coklat maka makanan mengandung boraks.
Paper test kit sederhana dapat mendeteksi kandungan boraks hingga 200 ppm. Sedangkan para pembuat bakso komersial biasa menambahkan boraks ke dalam adonan bakso dengan kadar 0,1 – 0,5 % dari berat adonan. Jika dikonversikan ke dalam ppm menjadi sekitar 800-4000 ppm.
Dengan adanya alat ini, masyarakat akan dapat meminimalkan konsumsi makanan yang mengandung boraks, yang dapat menimbulkan berbagai penyakit berbahaya bila sudah melebihi ambang batas di dalam tubuh manusia.
referensi: indonesiaproud.wordpress.com, fmipa.uny.ac.id