Potensi bambu Indonesia akan dikembangkan

Kementerian Perindustrian memiliki empat kiat untuk memaksimalkan potensi ekonomi bambu dan produk turunannya, apalagi Indonesia adalah negara keenam di dunia dalam luasan hutan bambu.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah, di Yogyakarta, Jumat, menyatakan, ada empat strategi besar yang disiapkan, mulai dari penyiapan SDM perbambuan yang mumpuni hingga ketersediaan informasi tentang ini.

Pertama adalah SDM yang kompeten, mulai dari yang memiliki lahan, perancang, industriawan kecil dan menengah, dan lain sebagainya. Sehingga bisa memberi nilai tambah terkhusus pada penciptaan nilai,” katanya, di sela Kongres Bambu Nasional 2013.

Kongres ini telah ketiga kali digelar di Indonesia, diikuti segenap pemangku kepentingan perbambuan nasional. Di ujung pertemuan, akan dideklarasikan pembentukan Dewan Bambu Indonesia untuk mengangkat potensi bambu.

Di Indonesia terdapat 172 spesies bambu asli nusantara dan 36 spesies yang diintroduksi dari luar negeri. Dunia memiliki 37 juta hektare hutan bambu natural ataupun budidaya yang setara dengan satu persen luasan hutan dunia.

Dari jumlah itu, lima persen di antaranya terdapat di Indonesia sementara China memiliki 14 persen, dan India yang terluas, yaitu 30 persen.

Bambu –subfamilia Bambusoideae— juga diketahui mampu mengikat air tanah berpuluh kali lebih banyak ketimbang pohon berakar tunjang, demikian juga daya serap karbondioksidanya; dua syarat penting pelestarian dan pemulihan lingkungan.

Mengingat pengolahan bahan bambu untuk kepentingan industri memerlukan sentuhan teknologi maka penguasaan instrumen dan teknologi tentang ini adalah keharusan tersendiri. “Harus memerhatikan produk akhir yang diperlukan konsumen,” katanya.

Hal berikut, kata dia, adalah pemenuhan standardisasi. “Dalam hal ini SNI sehingga produk-produk yang dihasilkan ada standarnya. Misalnya, dimensi fisik produk itu; jangan berbeda-beda di antara produser,” kata dia.

See also  Lapan Orari - Satelit Pertama Produksi Indonesia

Standardisasi ini juga untuk melindungi kepentingan konsumen sehingga bisnis yang jujur dan adil bisa terjadi.
Masalah keempat yang harus didiseminasikan secara baik di antara pengrajin perbambuan ini adalah hak atas kekayaan intelektual yang harus dilindungi. “Banyak yang abai soal ini, tahu-tahu perancang aslinya bisa dituntut karena mengolah produk berdasarkan rancangan yang semula dia perkenalkan kepada publik,” katanya.

Kementerian Perindustrian, katanya, memiliki berbagai fora promosi untuk memperkenalkan produk bambu ke seluruh dunia. Dua yang utama adalah Tokyo Gift Show dan Ambiente di Frankfurt, Jerman.

Berikut beberapa jenis (spesies) bambu yang ditemukan tumbuh di Indonesia.

  1. Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend ditemukan di Jawa.
  2. Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. (Pring Ori) di Jawa dan Sulawesi.
  3. Bambusa atra Lindl. (Loleba) di Maluku.
  4. Bambusa balcooa Roxb. Di Jawa.
  5. Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. (Bambu Duri) di Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
  6. Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro. (Bambu Pagar; Cendani) di Jawa.
  7. Bambusa horsfieldii Munro. (Bambu Embong) di Jawa.
  8. Bambusa maculata (Bambu Tutul; Pring Tutul) di Bali.
  9. Bambusa multiplex (Bambu Cendani; Mrengenani) di Jawa.
  10. Bambusa polymorpha Munro. Di Jawa.
  11. Bambusa tulda Munro. Di Jawa.
  12. Bambusa tuldoides (Haur Hejo) di Jawa
  13. Bambusa vulgaris Schard. (Awi Ampel; Haur Kuneng; Haur Hejo; Pring Kuning) di
  14. Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Maluku.
  15. Dendrocalamus asper (Bambu Petung) di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi.
  16. Dendrocalamus giganteus Munro. (Bambu Sembilang) di Jawa
  17. Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. (Bambu Batu) di Jawa.
  18. Dinochloa scandens (Bambu Cangkoreh; Kadalan) di Jawa.
  19. Gigantochloa apus Kurz. (Bambu Apus; Bambu Tali) di Jawa.
  20. Gigantochloa atroviolacea (Bambu Hitam; Bambu Wulung; Gombong) di Jawa.
  21. Gigantochloa atter (Bambu Legi; Bambu Ater; Buluh; Jawa Benel; Awi Ater; Awi Kekes) di Jawa.
  22. Gigantochloa achmadii Widjaja. (buluh Apus) di Sumatera.
  23. Gigantochloa hasskarliana (Bambu Lengka Tali) di Sumatera, Jawa, dan Bali.
  24. Gigantochloa kuring (Awi Belang) di Jawa.
  25. Gigantochloa levis (Blanco) Merr. (Bambu Suluk) di Kalimantan.
  26. Gigantochloa manggong Widjaja. (Bambu Manggong) di Jawa.
  27. Gigantochloa nigrocillata Kurz (Bambu Lengka; Bambu Terung; Bambu Bubat) di Jawa.
  28. Gigantochloa pruriens (buluh Rengen) di Sumatera.
  29. Gigantochloa psedoarundinaceae (Bambu Andong; Gambang Surat; Peri) di Jawa.
  30. Gigantochloa ridleyi Holtum. (Tiyang Kaas) di Bali.
  31. Gigantochloa robusta Kurz. (Bambu Mayan; Temen Serit) di Sumatera, Jawa, dan Bali.
  32. Gigantochloa waryi Gamble (Buluh Dabo) di Sumatera
  33. Gigantochloa verticillata (bambu Hitam)
  34. Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. Di Jawa.
  35. Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. (Bambu Eul-eul) di Jawa.
  36. Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera (Bambu Uncea; Bambu Buluh Kecil) di Jawa.
  37. Schizotachyum blunei Ness. (Bambu Wuluh; Bambu Tamiang) di Jawa, Nusa Tenggara
  38. Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku
  39. Schizotachyum brachycladum Kuez. (Bambu Buluh Besar; Buluh Nehe; Awi Buluh; Ute Watat; Tomula) di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
  40. Schizotachyum candatum Backer ex Heyne (buluh Bungkok) di Sumatera.
  41. Schizotachyum lima (Blanco) Merr. (Bambu Toi) di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Irian.
  42. Schizotachyum longispiculata Kurz. (Bambu Jalur) di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
  43. Schizotachyum zollingeri Stend. (Bambu Jala; Cakeutreuk; Bambu Lampar) di Sumatera dan Jawa.
  44. Thryrsostachys siamensis Gamble. (Bambu Jepang) di Jawa.
See also  Universitas Airlangga kembangkan enzim pemutih kertas

sumber: http://www.antaranews.com/berita/407314/potensi-bambu-indonesia-akan-dikembangkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *