JAKARTA, KOMPAS.com- Pusat Teknologi Penerbangan Lapan tahun ini memasuki tahap lanjut pengembangan prototipe pesawat terbang ringan tanpa awak. Wahana nirawak ini akan ditujukan untuk pemantauan kondisi bencana, seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dan banjir.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Teknologi Penerbangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Rika Andiarti, Selasa (23/4/2013).
Pengembangan prototipe pesawat tanpa awak ini melibatkan instansi terkait antara lain Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Naskah kesepakatan bersama, Senin kemarin, ditandatangani Kepala Lapan, Bambang S. Tejasukmana, dan Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara, Herry Bakti di Balai Pertemuan Dirgantara Lapan, Rawamangun, Jakarta.
Pengembangan dan pemanfaatan pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) ini merupakan upaya untuk membangun kemandirian bangsa di bidang penginderaan jauh. Bambang menjelaskan pesawat intai tanpa awak yang disebut Lapan SUAV-01 akan digunakan untuk misi surveilans.
“Pada tahap ujicoba tahun lalu Lapan telah memanfaatkannya untuk memotret kondisi Gunung Merapi di Yogyakarta pada ketinggian 2.000 meter,” ujarnya.
Keberhasilan pemotretan udara tersebut, lanjut Bambang, menunjukkan bahwa pemanfaatan pesawat nirawak dapat berkontribusi untuk membangun mitigasi penanganan bencana. Dilengkapi dengan sistem penginderaan jauh, pesawat ini dapat menghasilkan citra yang juga bermanfaat untuk analisa kondisi banjir dan bencana lain secara cepat.
Rika menambahkan, untuk tujuan penginderaan jauh atau pengintaian, pesawat ini dilengkapi kamera optik untuk memotret rupa bumi. Sebagai navigasi atau pengontrol posisi dipasang alat GPS (Global Positioning System).
Pesawat kecil ini terbuat dari bahan styrofoam. Panjang badan 1,2 meter dan lebar sayap 1,6 meter. Dengan sistem kendali, pesawat ini mampu beroperasi selama delapan jam dan terbang sejauh 12 kilometer.
Pesawat yang berfungsi sebagai surveillance ini memiliki sistem terbang otomatis dengan program sasaran dan jalur terbang yang telah ditentukan. Selain UAV, saat ini Lapan juga mengembangkan pesawat yang lebih kompleks yaitu Lapan Surveillance Aircraft (LSA).
Pesawat generasi berikut yang dapat mengangkut dua penumpang ini sedang dalam pengembangan sistem navigasi. Dalam kerja sama dengan Ditjen Perhubungan Udara, Bambang berharap dapat mengoperasikan dan memelihara pesawat terbang yang dikembangkan bersama Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan Kementerian Perhubungan.
Selain mengenai pengoperasian dan perawatan pesawat, kerja sama ini juga meliputi penyediaan tenaga ahli dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan.