‘Bapak Kompleksitas Batik’, Hokky

 

Usianya masih relatif muda untuk seoarang ilmuwan yang telah memberikan sumbangsih dengan membuktikan batik bukan ornamen tetapi lukisan yang disejajarkan dengan karya Raphael, Leonardo da Vinci, atau Michelangelo. Karena banyak orang yang beranggapan kalau batik hanya sebuah rangkain ornamen yang biasa. Ini yang menjadikan ilmuwan muda ini tertarik untuk menelitinya dengan menggunakan ilmu pengetahuan.

Ilmuwan ini bernama Hokky Situhung, yang dilahrikan di kota Pematangsiantar, Sumatra Utara pada tahun 7 Februari 1978. Masa kecilnya dihabiskan di kota kelahirannya ini, begitu juga dengan pendidikan sekolahnya hingga sekolah menengah atas (SMA). Kemudian dia melanjutkan pendidikan di pulau Jawa dan memilih di ITB dengan mengambil jurusan teknik elektro.

Pada awal ketertarikan dia itu dimulai dengan mempelajari teori kompleksitas yang dikembangkan Santa Fe Institue. Sebuah lembaga riset yang berada New Mexico, Amerika Serikat. Selanjtunya dia ingin mempelajari batik, alasannya batik itu sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia. Tahap kemudian, dia mengumpulkan berbagai motif batik yang sangat beraneka ragam di Indonesia. Setelah terkumpul batik itu diterjemahkan kedalam rumus fraktal dan matematika.

Hasil dari penerjemahan itu dilanjutkan dengan dimodifikasi dengan komputer yang menghasilkan desain baru yang beragam. Keragaman ini terlihat dari beberapa hal mulai dari grafis, warna, ukuran, maupun sudut perulangannya. Dampaknya ini proses pembuatan motif batik fraktal dapat memecahkan masalah keterbatasan motif batik yang dapat menghasilkan banyak motif secara tepat.

Seperti yang dikemukakan oleh Hokky, bahwa pola frakal juga terlihat pigmentasi kerang, pola sulir cekang kerang, bentuk-bentuk rumit bunga salju, atau pertumbhan sel kanker. Pola pikir dengan geomtri frakal ini , juga digunakan untuk membuktikan pengukuran di setiap jengkal dari candi Borobudur. Penemuan ini telah banyak memberikan banyak sumbangsih terhadap rahasia-rahasia yang selama ini dianggap sebuah hal yang mitis dan tidak bisa di lihat oleh science.

Kini dia menjabat sebagai presiden Bandung Fe Institute, sebuah lembaga penelitian. Selain menjabat di Bandung Fe Institute, dia juga aktif sebagai peneliti di Center for Complexities. Lewat penemuannya ini dia mendapat julukan sebagai “Bapak Kompleksitas Indonesia” gelar ini diberikan oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D.

See also  Muhammad Aief Budiman - Ahli Genetika Tanaman

Sumber: detik.com dan tempo.co

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *